ARTICLE AD BOX
KincaiMedia, JAKARTA -- Khidir adalah hamba nan saleh dan disebutkan oleh Allah SWT dalam Surat Al-Kahfi, adalah sebagai kawan Nabi Musa AS, di mana Nabi Musa belajar kepadanya.
Khidir mensyaratkan kepadanya agar bersabar. Maka Musa menyanggupinya. Khidir berkata, "Bagaimana Anda dapat bersabar atas sesuatu nan Anda belum mempunyai pengetahuan nan cukup tentang perihal itu?"
Khidir adalah seorang hamba nan diberi rahmat oleh Allah dan pengetahuan dari sisi-Nya. Musa terus melangkah bersamanya dan memandang laki-laki saleh itu telah melubangi perahu. Maka Musa berkata, "Apakah engkau melubanginya agar penumpangnya tenggelam?" Cerita selanjutnya telah disebutkan dalam Surat Al-Kahfi.
Musa merasa heran atas perbuatannya, hingga Khidir menerangkan kepadanya sebab-musabab dari perbuatan nan dilakukan itu. Pada akhir pembicaraannya, dia berkata, "Bukanlah saya melakukan itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah penjelasan dari perbuatan-perbuatan nan Anda tidak dapat bersabar atasnya." Maksudnya, semua perbuatan itu hanyalah lantaran kemauan Allah SWT.
Sebagian orang berbincang tentang Khidir, "Ia hidup sesudah Musa hingga era Isa, kemudian era Nabi Muhammad SAW, dia sekarang tetap hidup, dan bakal hidup hingga Kiamat."
Orang-orang menulis kisah-kisah, riwayat-riwayat dan dongeng-dongeng bahwa Khidir menjumpai si Fulan dan memakaikan kirqah (pakaian) kepada si Fulan dan memberi pesan kepada si Fulan.
Sama sekali tidak setara pendapat nan mengatakan bahwa Khidir tetap hidup—sebagaimana dugaan sementara orang—tetapi sebaliknya, ada dalil-dalil dari Al-Qur'an, sunah, logika dan ijma diantara para ustadz dari umat ini bahwa Khidir sudah tiada.
Saya anggap cukup dengan mengutip keterangan dari kitab Al-Manaarul Muniif fil Haditsish Shahih wa adh-Dha'if karangan Ibnul Qayyim. Ibnul Qayyim rahimahullah menyebut dalam kitab itu ciri-ciri dari sabda maudlu, nan tidak diterima dalam agama. Diantara cirinya adalah "hadis-hadis nan menceritakan tentang Khidir dan kehidupannya." Semuanya adalah dusta. Tidak satu pun sabda nan shahih.
Di antara sabda maudlu itu adalah sabda nan berbunyi, "Bahwa Rasulullah SAW sedang berada di masjid, ketika itu beliau mendengar pembicaraan dari arah belakangnya. Kemudian beliau melihat, rupanya dia adalah Khidir."
Juga hadis, "Khidir dan Ilyas berjumpa setiap tahun." Dan hadis, "Jibril, Mikail dan Khidir berjumpa di Arafah."
Ibrahim Al-Harbi ditanya tentang umur Khidir nan panjang dan bahwa dia tetap hidup. Maka beliau menjawab "Tidaklah ada nan memasukkan mengerti ini kepada orang-orang, selain setan."
Imam Bukhari ditanya tentang Khidir dan Ilyas, apakah keduanya tetap hidup? Maka dia menjawab, "Bagaimana perihal itu terjadi?" Nabi saw telah bersabda, "Tidaklah bakal hidup sampai seratus tahun lagi bagi orang-orang nan berada di muka bumi ini." (HR Bukhari-Muslim).
Banyak pemimpin lainnya nan ketika ditanya tentang perihal itu, maka mereka menjawab dengan menggunakan Alquran sebagai dalil: "Kami tidak menjadikan hidup kekal bagi seorang manusia pun sebelum Anda (Muhammad), maka jika Anda meninggal apakah mereka bakal kekal?" (QS. Al-Anbiyaa': 34).
Syekhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah ditanya tentang perihal itu, maka dia menjawab, "Andaikata Khidir tetap hidup, tentulah dia wajib mendatangi Nabi SAW dan berjihad bersamanya, serta belajar darinya."
Jika Khidir itu manusia, maka dia tidak bakal kekal, lantaran perihal itu ditolak Alquranul Karim dan sunah nan suci. Seandainya dia tetap hidup, tentulah dia datang kepada Nabi SAW. Nabi SAW telah bersabda, "Demi Allah, andaikata Musa tetap hidup, tentu dia bakal mengikuti aku." (HR Ahmad).