Bedsharing Dengan Si Kecil Saat Menyusui, Ketahui Manfaat Dan Risikonya Bun

Sedang Trending 17 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Saat menyusui, banyak sekali orang tua nan berbagi tempat tidur dengan Si Kecil namalain bedsharing. Sebenarnya, apa kegunaan dan risikonya bedsharing saat menyusui?

Praktik bedsharing di kalangan ibu menyusui merupakan perihal nan umum dilakukan. Meskipun banyak dikaitkan dengan akibat tersembunyi nan mengintai, kebiasaan ini pada praktiknya tetap ditemui di lapangan.

Bedsharing saat menyusui

Berbagi tempat tidur memang diketahui dapat meningkatkan inisiasi menyusui. Walaupun begitu, Medical and Public Health Organizations di beberapa negara merekomendasikan untuk tidak melakukan bedsharing dengan argumen kekhawatiran atas peningkatan akibat kematian bayi mengenai tidur.

Namun, mungkin bedsharing ini hanya menjadi akibat dalam keadaan rawan seperti nan ditunjukkan oleh studi epidemiologi, seperti dikutip dari laman Liebertpub.

Ketahui akibat bedsharing

Perlu diketahui bahwa persentasi bayi nan berbagi tempat tidur dengan orang tua, pengasuh lain, namalain anak meningkat lebih dari dua kali lipat antara tahun 1993 dan 2010, dari 6,5 persen menjadi 13,5 persen. Baik The American Academy of Pediatrics (AAP) dan Komisi Keamanan Produk Konsumen AS sangat menyarankan untuk tidak berbagi tempat tidur dengan bayi nan didefinisikan sebagai tidur di permukaan nan sama dengan bayi, seperti kursi, sofa, namalain tempat tidur.

Namun menurut sebuah studi tahun 2013 dari The National Institutes of Health (NIH), persentase bayi nan berbagi tempat tidur dengan orang tua, pengasuh lain, namalain anak meningkat lebih dari dua kali lipat antara tahun 1993 dan 2010, dari 6,5 persen menjadi 13,5 persen.

Beberapa busui mungkin terkejut dengan peningkatan ini, mengingat akibat kesehatan nan terdokumentasi dengan baik nan telah dikaitkan dengan berbagi tempat tidur bayi.

Awal tahun ini, Medical News Today melaporkan sebuah studi dari AAP nan menyebut berbagi tempat tidur sebagai penyebab utama sindrom kematian bayi mendadak namalain menjadi penyebab utama kematian di antara bayi berumur 1-12 bulan.

Studi nan dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics ini menemukan bahwa di antara 8.207 kematian bayi dari 24 negara bagian AS nan terjadi antara tahun 2004-2012, 69 persen bayi berbagi tempat tidur pada saat kematian.

"Berbagi tempat tidur dapat meningkatkan akibat kepanasan, pernapasan ulang namalain penyumbatan saluran napas, penutup kepala, dan paparan asap tembakau. Semua ini merupakan aspek akibat SIDS," kata Dr. Michael Goodstein, pembimbing besar klinis pediatri di Pennsylvania State University seperti dikutip dari laman Medical News Today.

Lebih jauh lagi, berbagi tempat tidur di tempat tidur orang dewasa nan tidak dirancang untuk keselamatan bayi membikin bayi terpapar akibat tambahan cedera dan kematian nan tidak disengaja, seperti meninggal lemas, asfiksia, terperangkap, jatuh, dan tercekik.

Bayi terutama nan berumur 3 bulan pertama kehidupan dan nan lahir prematur dan/atau dengan berat badan lahir rendah berada pada akibat tertinggi, mungkin lantaran skill motorik dan kekuatan otot nan belum matang membikin mereka susah untuk melarikan diri dari potensi ancaman."

Baru-baru ini, studi lain dari AAP menemukan bahwa apalagi tidur dengan bayi di sofa secara signifikan meningkatkan akibat SIDS. Dari 9.073 kematian bayi mengenai tidur, para peneliti menemukan bahwa 12,9 persen terjadi di sofa. Mayoritas bayi tersebut berbagi sofa dengan orang lain saat meninggal.

Selain statistik penelitian, beberapa laporan menunjukkan bahwa akibat kematian bayi akibat berbagi tempat tidur sangat nyata.

Pada tahun 2012, surat buletin Inggris The Daily Mail melaporkan kematian bayi kembar berumur 3 minggu di Idaho, nan meninggal setelah ibu mereka secara tidak sengaja mencekik mereka saat mereka tidur di tempat tidurnya. Beberapa bulan kemudian, surat buletin tersebut melaporkan kejadian lain, di mana seorang ibu secara tidak sengaja mencekik bayinya saat berguling-guling di atasnya saat tidur.

Baru-baru ini, sebuah laporan dari WQAD.com mengungkapkan bahwa seorang laki-laki dan wanita telah didakwa atas kematian bayi mereka nan berumur 4 bulan, setelah tidur di samping bayi tersebut saat mabuk dan bergulir di atasnya.

Menurut AAP, berbagi tempat tidur sangat berisiko jika orang tua sangat lelah, telah merokok, menggunakan alkohol, namalain telah menggunakan narkoba. Laporan semacam itu memunculkan pertanyaan bahwa jika berbagi tempat tidur dapat membahayakan nyawa bayi, kenapa semakin banyak orang tua nan melakukannya?

Berbagi tempat tidur dan menyusui

Ya, praktik bedsharing secara umum memang tetap banyak dilakukan para ibu menyusui. Alasan utama banyak ibu memilih berbagi tempat tidur dengan bayinya adalah untuk mendukung pemberian ASI nan lebih lama.

Tahun lalu, sebuah penelitian menyatakan bahwa ibu nan berbagi tempat tidur dengan bayinya lebih mungkin untuk menyusui. The Academy of Breastfeeding Medicine mendukung berbagi tempat tidur dalam perihal menyusui. Dan tahun lalu, sebuah penelitian nan diterbitkan dalam JAMA Pediatrics menyatakan bahwa ibu nan secara teratur berbagi tempat tidur dengan bayinya lebih mungkin untuk menyusui lebih lama. Banyak penelitian lain telah mencapai konklusi nan sama.

Namun, bukan hanya penelitian nan memuji berbagi tempat tidur lantaran mendukung pemberian ASI. Dokter anak Dr. William Sears mungkin adalah pendukung paling terkenal untuk berbagi tempat tidur, setelah secara terbuka mendukung praktik tersebut dalam The Baby Book pada 1993.

"Tempatkan diri sendiri di kembali mata bayi," kata Dr. Sears kepada The Huffington Post pada 2011. "Tanyakan, 'Jika saya bayi Johnny namalain bayi Suzy, di mana saya lebih suka tidur?' Di bilik nan gelap dan sunyi di kembali jeruji, namalain di samping orang favorit saya di dunia," ucapnya.

Memang ya, Bunda, menyusui bisa menjadi sebuah perjuangan nan tak mudah. Mereka kudu bangun dari tempat tidur beberapa kali sepanjang malam dan mencoba untuk tetap terjaga saat bayi mereka menyusu; melakukan perihal ini malam demi malam bisa melelahkan, menyebabkan banyak ibu menyerah untuk menyusui.

Inilah sebabnya kenapa banyak orang tua menganggap berbagi tempat tidur sebagai pilihan nan layak; bayi dapat menyusu sementara ibu bisa tidur lebih lama.

Mengutip kegunaan berbagi tempat tidur untuk menyusui, Diana West, dari La Leche League International sebuah organisasi nirlaba nan mempromosikan menyusui mengatakan:

“Berbagi tempat tidur sangat sukses lantaran ibu dan bayi nan menyusui sudah terprogram untuk berdampingan selama periode tidur nan rentan. Saat mereka berbagi tempat tidur, bayi lebih senang dan tidak perlu menangis untuk mendapatkan perhatian ibu, dan ibu tidak perlu bangun dari tempat tidur – ibu tinggal menempelkan bayi dan mungkin apalagi tertidur kembali.”

“Ia otomatis berebahan miring menghadap bayi dengan lengan bawah terangkat dan dengkul ditekuk. Hal ini menciptakan ‘ruang tertutup’ nan terlindungi nan mencegahnya bergulir ke arah bayi dan mencegah orang lain bergulir ke ruang tersebut. Bayi tetap berorientasi ke payudaranya di ruang tertutup nan kondusif itu, jauh dari bantal. Siklus tidur-bangun mereka tersinkronisasi sehingga keduanya mempunyai tingkat rangsangan nan rendah dan tidak terlalu menegangkan sepanjang malam.”

“Perilaku nan naluriah dan saling menguntungkan ini mungkin menjelaskan kenapa penelitian menunjukkan bahwa ibu baru nan paling banyak tidur adalah mereka nan menyusui secara eksklusif dan berbagi tempat tidur,” katanya.

Namun, Dr. Goodstein memberi tahu kami bahwa belum ada penelitian nan menilai apakah berbagi bilik dengan bayi daripada berbagi tempat tidur juga meningkatkan pemberian ASI.

Risiko bedsharing

Bertentangan dengan sebagian besar penelitian tentang berbagi tempat tidur, beberapa mahir perawatan kesehatan menyatakan berbagi tempat tidur dengan bayi sebenarnya mengurangi akibat SIDS – jika dilakukan dengan aman.

Dr. Sears adalah salah satunya, nan mencatat bahwa di negara-negara nan terbiasa tidur berdampingan dengan bayinya seperti Asia, Afrika, dan beberapa bagian Eropa – tingkat SIDS berada pada titik terendah. 

“Meskipun mungkin ada banyak aspek lain nan berkontribusi terhadap rendahnya kejadian SIDS dalam budaya ini, semua studi populasi nan saya lihat sampai pada konklusi nan sama adalah tidur berdampingan nan kondusif menurunkan akibat SIDS,” kata Dr. Sears di situs webnya.

Namun, Dr. Goodstein percaya tidak ada cukup bukti untuk mendukung klaim ini.

Studi menunjukkan bahwa tidur berdampingan dengan bayi juga meningkatkan ikatan antara orang tua dan bayi. Berbicara kepada Fox News, master anak Dr. Susan Markel mengatakan bahwa bayi mempunyai kebutuhan bawaan untuk disentuh dan digendong. Mereka senang mempunyai kedekatan corak siang dan malam, dan hubungan semacam ini krusial untuk memenuhi kebutuhan bayi bakal kehangatan, kenyamanan, dan keamanan.

Tetapi beberapa mahir perawatan kesehatan percaya akibat SIDS lebih besar daripada potensi kegunaan tidur bersama. Terlebih lagi, berbagi tempat tidur dapat menimbulkan kerugian lainnya.

“Banyak orang tua percaya bahwa jika ibu membiarkan anak-anak tidur di tempat tidurnya sejak lahir, bakal susah untuk membujuk mereka untuk pindah nanti,” kata Sarah Crown, penyunting Mumsnet. 

Selain itu, beberapa orang tua percaya berbagi tempat tidur dengan bayi bakal membikin mereka lebih berjuntai pada orang lain seiring bertambahnya usia. “Saya pikir perihal itu mengajarkan anak-anak bahwa mereka nyaris memerlukan kontak dan hubungan nan konstan untuk merasakan keamanan, rasa aman, dan kepercayaan diri pada diri mereka sendiri,” kata Jennifer Zinzi – seorang ibu dua anak nan sangat menentang berbagi tempat tidur kepada Fox News.

Namun, sebuah studi tahun 2011 nan diterbitkan dalam jurnal Pediatrics menemukan bahwa berbagi tempat tidur pada usia 1-3 tahun tidak menimbulkan pengaruh negatif jangka panjang terhadap perilaku dan kognisi anak pada usia 5 tahun.

"Tidak ada patokan baku mengenai berbagi tempat tidur. Terlepas dari perdebatan nan sedang melangkah seputar berbagi tempat tidur, tampaknya organisasi kesehatan anak dan mahir perawatan kesehatan sepakat tentang satu hal: keputusan untuk berbagi tempat tidur dengan bayi sepenuhnya tergantung pada orang tua."

Yang terpenting adalah apa nan paling cocok untuk Bunda dan keluarga. Namun, pengguna Mumsnet merasa bahwa berbincang dengan mereka nan pernah mengalaminya, dan berbagi kebijaksanaan serta support tentang pertanyaan nan sering kali membingungkan tentang tidur di hari-hari awal, sangatlah berharga.

Dr. Goodstein menambahkan, “Menurut saya, pada akhirnya, orang tua mau menjadi nan terbaik dan memberikan nan terbaik untuk bayi mereka. Kami mau membantu orang tua dengan memberikan info terbaik agar bayi tidak hanya menjadi sehat, tetapi juga tumbuh dan mencapai potensi penuh mereka.

Kita perlu bekerja sama. Kita perlu melakukan segala nan kita bisa untuk mempromosikan pemberian ASI. Kita juga perlu mempromosikan keamanan tidur bayi.”

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027