Anjuran Untuk Tidak Banyak Tertawa

Sedang Trending 3 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

KincaiMedia, JAKARTA -- Tawa adalah ungkapan rasa gembira, senang, dan geli. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW berfirman mengenai ekspresi bunyi itu. "Dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya, terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati" (HR Tirmidzi).

Pesan Rasulullah SAW itu tidak berfaedah bahwa semua tawa adalah buruk. Sabda tersebut condong mengingatkan kaum Muslimin agar tidak berlebihan dalam perihal apa pun, termasuk tertawa.

Sama halnya dengan segala sesuatu dalam kehidupan, tertawa juga perlu dilakukan dengan proporsi nan wajar. Lantas, apa maksud "mematikan hati" dalam sabda di atas?

Seorang ustadz mahir tafsir, Prof M Quraish Shihab menjelaskan, aliran Islam mengimbau para pemeluknya agar menghadapi kehidupan ini dengan serius. Tidak menghabiskan waktu dalam kesantaian dan penuh gurauan.

Di samping sabda tentang tawa nan menyebabkan matinya kalbu, ada pula pesan Nabi SAW. "Ada orang mengucapkan satu kalimat untuk membikin tertawa orang sekitarnya, tetapi mengakibatkan dia meluncur lebih jauh menuju ke neraka.”

Menurut Quraish Shihab, riwayat-riwayat di atas, jika dinilai sahih, kudu dipahami dalam makna lelucon nan "tidak lucu”, adalah menyakitkan hati serta melengahkan dari tugas-tugas pokok. Sebab, para nabi pun pernah tertawa tatkala mendengar ucapan namalain memandang kelakuan nan memang lucu.

Misalnya, Nabi Sulaiman AS, sebagaimana diabadikan dalam Alquran. "Maka dia (Sulaiman) tersenyum silam tertawa lantaran (mendengar) perkataan semut itu" (QS an-Naml: 19).

Menurut ummul mukminin 'Aisyah, “Rasulullah SAW adalah seorang nan sering tersenyum dan tertawa.” Bahkan, lanjut Quraish Shihab, menurut riwayat lain, Nabi SAW pernah tertawa sampai terlihat gigi gerahamnya. Walau demikian, tawanya beliau tidak terbahak-bahak. Rasul SAW pun tidak mengucapkan selain nan kewenangan dan nan benar.

Sebagai contoh, pernah seorang wanita tua mendatangi Nabi SAW. Ia memohon didoakan agar masuk surga. Rasulullah SAW pun bersabda, “Surga tidak dimasuki oleh wanita tua.”

Nenek ini menjadi sangat kecewa. Seketika itu, Rasulullah SAW tersenyum dan mengingatkannya bakal firman Allah:

اِنَّآ اَنْشَأْنٰهُنَّ اِنْشَاۤءًۙ فَجَعَلْنٰهُنَّ اَبْكَارًاۙ عُرُبًا اَتْرَابًاۙ لِّاَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗ

Artinya: "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari itu) secara langsung, silam Kami jadikan mereka perawan-perawan nan penuh cinta (lagi) sebaya umurnya, (diperuntukkan)bagi golongan kanan (penghuni surga)" (QS al-Waqi‘ah:35).

Maknanya, orang tua di bumi seumpama meninggal dan kelak masuk surga, maka dia bakal kembali menjadi muda. Jadi, benarlah Rasulullah SAW bahwa "surga tidak dimasuki oleh wanita tua."

Di lain waktu, seorang wanita datang dan berbincang kepada Nabi SAW, “Suami saya mengundang Tuan ke rumah kami.”

Nabi SAW pun menjawab, “Apakah dia nan di matanya ada sesuatu nan putih?”

Sang istri tidak membenarkan, tetapi Nabi SAW “berkeras” dan mengulangi ucapan beliau.

“Bergegaslah memandang suamimu, lantaran di kedua matanya ada sesuatu nan putih," kata Rasul SAW.

Dan ketika sang istri menemui suaminya, sang suami menenangkannya dengan berkata, “Memang ada nan putih di mata saya, tetapi bukan penyakit. Tenanglah, wahai istriku.”

Maksud banyolan Nabi SAW itu adalah, semua orang ada putih pada matanya.

Aisyah berkata, “Pada suatu ketika, saya memasak makanan dan memberikan kepada Rasulullah SAW nan ketika itu berada berdampingan istri beliau, Saudah. Aku mengharap Saudah ikut makan, tetapi dia enggan lantaran tidak sesuai dengan seleranya.

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027