18 Mitos Traveling Ini Sering Banget Menyesatkan (calon) Wisatawan Lho!

Sedang Trending 4 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Mitos Traveling berikut ini mungkin sering Anda dengar, namalain apalagi pernah Anda lontarkan, coba cek:

“Ngapain jalan-jalan ke luar negeri? Di Indonesia juga banyak tempat keren, kok!”
“Jalan-jalan terus nih. Kayak nan punya banyak duit aja!”
“Eh, jika pesan hotel paling murah tuh mending lewat situs *sensor* aja!”
“Solo backpacker? Bahaya ah! Apalagi buat cewek!”

Sadar namalain nggak, kalimat-kalimat di atas termasuk salah satu dari sekian mitos traveling nan kerap menyesatkan calon wisatawan. Beberapa mitos itu apalagi santer banget terdengar, sampai-sampai bikin calon visitor takut duluan untuk bepergian. Pernah mengalami perihal seperti itu, nggak?

Padahal, hellooo, nggak semua mitos itu betul lho. Beberapa mitos itu ada nan hanya betul setengahnya saja, namun banyak juga nan murni mitos belaka.

Mitos Traveling Ini Sering Banget Menyesatkan 

Nah, untuk menghindari kemungkinan terjebak dalam mitos nan menyesatkan, yuk, coba perhatikan beberapa mitos nan sering terdengar di kalangan calon traveller berikut ini. Sebagai bonus, perhatikan juga penjelasan di masing-masing mitos, dan silahkan putuskan sendiri apakah mitos-mitos tersebut betul namalain salah.

1. Mitos: “Untuk Dapat Tiket Pesawat Murah, Pesannya Harus Jauh-jauh Hari Sebelum Hari-H.”

booking tiket pesawat, via Tiketbooking tiket pesawat, via Tiket

Fakta: Mitos tersebut termasuk salah satu mitos nan paling santer terdengar di kalangan calon wisatawan. Padahal, mitos tersebut nggak sepenuhnya benar. Memang sih, ada beberapa maskapai nan kerap memberikan nilai promo dengan beberapa syarat dan ketentuan. Salah satunya, waktu keberangkatan (biasanya) berjarak cukup lama dari periode pembelian tiket.

Tapi, untuk tiket non-promo, ada kalanya nilai menjelang hari H justru lebih murah dibanding hari lainnya. Apalagi, saat ini jumlah maskapai penerbangan sudah sangat banyak, sehingga nilai tiket pun bisa sangat bersaing. Manfaatkan saja jenis situs nan membandingkan penawaran nilai dari beragam maskapai, dan kalian bisa menemukan tiket murah kapan saja.

2. Mitos: “Beli tiket pesawat di hari Selasa, harganya lebih murah dari hari lain.”

Fakta: Mitos itu kerap didengungkan beragam situs traveling dari luar negeri, dan kadang langsung di penyesuaian begitu saja oleh traveller lokal. Padahal, belum tentu itu bertindak di Indonesia. Kesimpulannya, itu hanya mitos belaka.

3. Mitos: “Jetlag terjadi lantaran kurang tidur selama di perjalanan.”

jetlag vvia Takaitujetlag vvia Takaitu

Fakta: Jetlag nggak ada hubungannya dengan lama tidur. nan benar, jetlag terjadi lantaran kita pergi melintasi area waktu nan berbeda. Itulah nan membikin jam biologis kita jadi kacau.

Untuk meminimalisirnya, kalian bisa menjaga kondisi tubuh agar segar sebelum dan selama di perjalanan dengan mengkonsumsi makanan bergizi, vitamin, dan cukup istirahat.

4. Mitos: “Travelling itu mahal dan hanya cocok untuk mereka nan punya banyak duit!”

Traveling Mahal via KompasianaTraveling Mahal via Kompasiana

Fakta: Traveling bukan hanya monopoli mereka nan punya budget unlimited saja. Bagi nan mengaku berkantong setipis kertas, kalian juga tetap bisa melakukan traveling kok. Caranya, pandai-pandailah memilih opsi nan paling sesuai dengan kemampuan, dan realistislah.

Nggak sanggup menginap di hotel berbintang 5? Kalian bisa menginap di akomodasi lainnya nan lebih terjangkau seperti hostel, guesthouse, namalain malah melakukan couchsurfing. Tiket kendaraan pun bisa dipilih jenis ekonomisnya. Dan, tetap banyak lagi nan bisa kalian lakukan untuk menekan budget. Intinya sih, where there is a will, there is a way. Traveling itu mahal? Mitos banget!

5. Mitos: “Traveling hanya cocok untuk mereka nan punya waktu. Saya sih sibuk, nggak sempat jalan-jalan!”

Fakta: Pendapat tersebut nggak sepenuhnya salah, tapi nggak sepenuhnya benar. Memang sih, traveling pasti bakal menyita waktu dan mengganggu rutinitas sehari-hari. But hei, traveling bisa menjadi langkah nan baik untuk keluar dari rutinitas lho.

Sesekali keluar dari area nyaman itu baik untuk me-recharge semangat, dan akhirnya membikin kalian fresh saat kembali ke rutinitas kerja. Kalaupun bingung mencari waktu nan tepat, bisa disiasati dengan mengatur manajemen waktu.

Ubah mindset “liburan jika ada waktu luang” menjadi “mengatur waktu untuk bekerja namalain sekolah agar bisa liburan”. Maka kalian bakal menyadari jika rupanya punya cukup waktu untuk liburan meski hanya sejenak saja.

6. Mitos: “Ngapain jalan-jalan? Ngabisin duit aja ah!”

Traveling Menghabiskan UangTraveling Menghabiskan Uang

Fakta: Well, faktanya traveling memang memerlukan duit nan tidak sedikit. Tapi, bukan berfaedah traveling murni hanya ngabisin duit saja. Dilihat dari segi pengalaman, traveling bakal memberikan pengalaman baru nan nggak bisa dinilai dengan uang. Dan, meski sedang liburan, kalian juga bisa menghasilkan duit kok.

Misalnya saja, kalian bisa membikin liputan tentang perjalanan kalian dan menjualnya. Bisa juga dengan menjual foto-foto traveling pada pihak nan memerlukan (asal kualitas fotonya memenuhi syarat). Dan tetap banyak lagi nan bisa kalian lakukan untuk mengubah aktivitas jalan-jalan menjadi sesuatu nan menghasilkan uang.

7. Mitos: “Solo traveling itu berbahaya. Apalagi jika Anda perempuan!”

Solo Traveling via OkezoneSolo Traveling via Okezone

Fakta: Memang banyak nan beranggapan jika melangkah sendirian itu berbahaya, terutama bagi solo traveler wanita. Tapi sebetulnya semua kembali pada persiapan masing-masing. Asalkan sudah melakukan riset mendalam tentang tempat-tempat nan bakal dikunjungi, kalian dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya hal-hal negatif nan mungkin ditemukan selama traveling.

Jangan lupa juga untuk berbekal jenis tips meningkatkan keamanan bagi traveller wanita, serta selalu gunakan commons sense dimanapun kalian berada. Percayalah, solo traveling itu seru loh!

8. Mitos: “Mumpung tetap single, jalan-jalan dulu sepuasnya. Kalau sudah punya anak sih, ribet!”

Fakta: Nah, mitos tersebut termasuk salah satu mitos nan nggak sepenuhnya salah, tapi juga nggak sepenuhnya benar. Faktanya, saat tetap single kalian memang bisa melangkah kemanapun dengan leluasa, entah itu sendirian maupun ramai-ramai berdampingan teman. Biaya pun bisa ditekan seminimal mungkin.

Walau begitu, bukan berfaedah kalian nggak bisa seru-seruan juga bareng family saat traveling. Solusinya, kalian kudu berbincang dengan beberapa hal. Misalnya saja, setelah punya anak, destinasi aktivitas traveling pun kudu memilih nan ramah anak.

Faktor biaya pun pasti lebih besar dibanding traveling sendirian. Tapi, jika mempertimbangkan aspek pengalaman dan kebersamaan nan bakal dialami berdampingan family tercinta selama traveling, kompromi menjadi sesuatu nan masuk logika kan?

9. Mitos: “Bahasa Inggris bisa diterima di seluruh dunia.”

Fakta: Bahasa Inggris memang diakui sebagai bahasa internasional. Tapi tahukah kalian, bahasa Inggris paling-paling hanya digunakan oleh ¼ negara di bumi saja?

Dengan kata lain, jumlah negara namalain bangsa nan tidak menggunakan bahasa Inggris jauh lebih banyak dibanding nan menggunakan bahasa Inggris. Jadi jangan heran jika saat melangkah ke negara-negara non-English user, kalian mungkin bakal mengalami sedikit halangan saat mencoba berkomunikasi dengan masyarakat setempat.

10. Mitos: “Karena nggak semua negara ngerti bahasa Inggris, Anda kudu belajar dulu bahasa negara nan bakal dikunjungi sebelum main kesana”

Fakta: Menurut poin no 9, bahasa Inggris memang nggak digunakan di semua negara. Tapi jika kalian kudu belajar bahasa Cina sebelum pergi ke Cina, belajar bahasa Jepang sebelum ke Jepan, dan belajar bahasa Korea sebelum ke Korea, jangan-jangan waktunya keburu lenyap untuk belajar dan malah nggak jadi jalan-jalan, deh.

Solusinya, memang ada baiknya jika kalian mempelajari beberapa kosa kata maupun kalimat survival sebelum pergi ke suatu negara nan asing. Namun, jika nggak sempat, nggak masalah kok. Kalian selalu bisa menggunakan bahasa tubuh hingga mimik wajah untuk bertanya pada masyarakat setempat. Anggap saja halangan bahasa sebagai sebuah tantangan, dan semua bakal baik-baik saja.

11. Mitos: “Pergi traveling bareng orang nan belum dikenal itu nggak banget deh! Bahaya!”

Fakta: Beberapa traveller ada nan kegemaran mencari kawan seperjalanan untuk sharing cost traveling. Namun sebagian traveller berpendapat, sangatlah rawan jika melangkah berdampingan orang nan tidak dikenal. Apalagi jika sampai berbagi bilik hotel.

Yah, opini tersebut mungkin ada benarnya, tapi nan pasti sih nggak 100% benar. Selain dari aspek resiko, traveling berdampingan orang baru sebetulnya mempunyai banyak sisi positif dan keseruan lainnya. Misalnya saja, kalian mempunyai kesempatan untuk menambah kawan baru nan juga kegemaran traveling.

Kalian juga bisa melatih rasa toleransi dan kompromi dengan orang baru. Dan, siapa tahu kalian bakal mendapat bocoran tempat-tempat wisata nan belum pernah dikunjungi dari kawan baru tersebut. Jadi, terserah kalian apakah bakal takut duluan, namalain justru menganggap jika traveling berdampingan orang baru adalah sebuah tantangan.

12. Mitos: “Ngapain nginep di hostel? Hostel kan hanya cocok untuk backpackers namalain mahasiswa aja!”

Room Hostelle via KayakRoom Hostelle via Kayak

Fakta: Dulu, penginapan memang identik sebagai akomodasi untuk backpackers namalain mahasiswa. Namun, seiring dengan semakin beragamnya jenis akomodasi, banyak penginapan nan sekarang mulai berbenah diri. Mereka menawarkan akomodasi nan tak kalah dengan hotel, namun dengan rate nan (umumnya) lebih terjangkau.

Banyak juga penginapan nan menawarkan kamar-kamar privat bagi traveller nan kurang cocok menginap di dormitory. Jadi, nggak ada salahnya lho mempertimbangkan untuk menginap di hostel, sekalipun kalian bukan backpackers.

13. Mitos: “Jangan coba-coba ikutan couchsurfing. Bahaya banget menginap di rumah orang nan nggak dikenal

couchsurfingcouchsurfing via Goodnewsfromindonesia.id

Fakta: Pernah dengar istilah couchsurfing? Couchsurfing adalah sebuah aktifitas menginap di rumah orang asing saat kita tengah berada di sebuah tempat. Tentunya nggak semua orang asing, melainkan orang-orang tertentu saja nan bertindak sebagai host dan menawarkan rumahnya diinapi oleh orang lain.

Pertanyaannya, couchsurfing itu ancaman nggak sih? Kan kita menginap di rumah orang nan baru dikenal tuh!

Kalau ditanya seperti itu, maka jawabannya tentu saja bisa ancaman dan bisa tidak. Memang selalu ada potensi ancaman jika kita menginap di tempat nan sama sekali asing. Tapi, selalu ada langkah untuk meminimalisirnya kok. Misalnya saja, kalian bisa mempelajari kredibilitas seorang host sebelum memutuskan menginap di tempatnya.

Bisa juga mengawasi jenis testimoni nan diberikan oleh traveller lain. Dan, bagi traveller wanita, bisa memilih host wanita. Begitu juga jika melangkah berdampingan keluarga, kalian bisa memilih host yang mempunyai keluarga. Selama kalian nggak malas melakukan riset host nan bakal menampung selama couchsurfing, potensi terjadinya ancaman bakal bisa diminimalisir.

14. Mitos: “Buku pedoman wisata itu nggak selalu tepat. nan paling oke tuh tanya langsung ke masyarakat lokal!”

Fakta: Kenyataannya, kitab pedoman wisata memang susah untuk 100% memberikan rekomendasi wisata. Hal tersebut lantaran pariwisata adalah sesuatu nan dinamis, sementara kitab pedoman wisata jelas berbudi pekerti statis.

Namun itu bukan berfaedah masyarakat lokal 100% tahu obyek wisata terbaik di sebuah tempat. Apalagi jika kalian melangkah ke kota besar nan mana kebanyakan karakternya individualistis. Jadi, nan paling mantap adalah mengkombinasikan antara pedoman di kitab wisata, sumber di internet, dan bertanya pada masyarakat lokal.

15. Mitos: “Pemegang passport Indonesia bakalan ribet jika mau jalan-jalan keliling dunia.”

Fakta: Kenyataannya, berasas ranking di passportindex.org, kekuatan passport Indonesia ‘hanya’ berada di ranking ke-71 dari seluruh passport di bumi (atau ranking ke 79 menurut Wikipedia). Itu berfaedah elastisitas passport Indonesia tetap kalah dibanding negara-negara lain seperti Jerman, Belanda, dan Amerika.

Tapi, setidaknya tetap ada 58 negara nan mengijinkan pemegang passport Indonesia untuk melenggang masuk tanpa visa, namalain setidaknya mengijinkan visa on arrival. Mudah-mudahan saja untuk ke depannya passport Indonesia bisa lebih elastis lagi ya!

16. Mitos: “Waktu paling strategis untuk menekan budget traveling, adalah dengan berekreasi pas low season”

Fakta: Sering mendengar mitos tersebut kan? Katanya, jika kita berekreasi saat low season, maka kita bakal mendapat harga-harga nan lebih murah. Otomatis budget wisata pun bisa ditekan dibanding melangkah saat peak season.

Namun, banyak traveller berilmu bakal menyarankan shoulder season sebagai tempat terbaik untuk berwisata. Shoulder season merupakan sebuah periode liburan nan berada di antara peak season dan low season. Pada shoulder season, tingkat kepadatan di obyek wisata sudah mulai berkurang, namun cuaca tetap lebih berkawan dibanding low season.

Harga-harga pun sudah tidak setinggi saat peak season. Memang sih low season mungkin saja tetap lebih ekonomis dibanding shoulder season. Tapi bukankah wisata itu nggak melulu bicara soal budget saja, kan? Untuk apa mendapat nilai murah jika ujung-ujungnya kalian hanya bisa berdiam di bilik hotel lantaran cuaca nan kurang bersahabat? Setuju?

Bonus:

Berikut ini bocoran shoulder season di beberapa negara:

Januari – Afrika Utara
Maret – Hawaii, Brazil, India
April – Australia, Eropa Utara
Mei – Jepang
Juni – Baja
Juli – Karibia Utara
September – Afrika Selatan
Oktober – Eropa Utara
November – Pasifik Selatan, Karibia
Desember – Costa Rica

17. Mitos: “Untuk dapat nilai terbaik, pesan bilik hotel lewat situs booking saja.”

Fakta: Mitos ini bisa dibilang salah satu mitos nan nggak sepenuhnya benar. Memang, untuk beberapa kasus, kalian bakal mendapat banyak penawaran nilai nan menarik jika memesan melalui situs booking hotel.

Namun, ada kalanya hotel-hotel menawarkan paket bundling dengan nilai nan sangat bersahabat. Traveller bijak takkan malas untuk membandingkan penawaran dari situs booking hotel dan hotel secara langsung untuk mendapat nilai terbaik.

18. Mitos: “Kalau lagi jalan-jalan, jangan jajan di pinggir jalan. Bisa bikin sakit, lho! Mending makan di restoran saja deh!”

Kuliner pinggir jalan di Korea SelatanKuliner pinggir jalan di Korea Selatan via koreadailyus.com

Fakta: Satu lagi mitos traveling nan bisa dibilang nggak 100% benar. Memang sih jajanan di pinggir jalan condong kurang higienis, dan makanan di restoran sekilas bakal terasa lebih bersih. Tapi, hey, bukankah masyarakat setempat juga mengkonsumsi makanan tersebut?

Lagipula, aktivitas jalan-jalan belum komplit jika belum mencoba kuliner pinggir jalan. Dan, kalian juga nggak bisa 100% percaya jika kuliner di restoran pasti lebih bersih, lantaran kalian tidak bisa memandang proses persiapan sebelum makanan itu disajikan. Setuju?

Jadi, jangan ragu untuk icip-icip kuliner pinggir jalan ya! Hanya saja, untuk meminimalisir potensi terkena penyakit nan bisa merusak aktivitas traveling, kalian wajib memperhatikan kebersihan kuliner nan mau diicipi. Jangan mengkonsumsi panganan nan kalian sendiri nggak percaya bisa menyantapnya jika dilihat dari segi kebersihan dan juga jenisnya.

*             *             *             *             *

Dari sekian banyak mitos traveling di atas, mana nan paling banyak kalian dengar? Atau mungkin, ada mitos traveling lain nan belum tertulis di atas? Feelto share ya!

Baca juga: Waktu Terbaik “Golden Week” Liburan ke Jepang

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027